MANOKWARI, SURYA ARFAK – Sebanyak 12 siswa School of Mission Motivator in Papua angkatan ke-III siap mengikuti pembelajaran tahun ajaran 2025/2026. Mereka akan mengikuti pendidikan selama 4 bulan sebelum dikirim ke Filipina untuk melanjutkan pendidikan bersama misionaris dari berbagai negara.
Bupati Manokwari, Hermus Indou, melalui Tenaga Ahli Bidang Agama Kristen, Pdt. Soleman Manufandu, M.Th, mengatakan bahwa program pembelajaran tersebut tidak hanya bertujuan memberi pengetahuan agama dan moral tetapi juga untuk membangun generasi yang berkarakter kuat, memiliki integritas, dan mampu menjadi motivator bagi lingkungan masing-masing.
“Dengan demikian, kita berharap lulus School of Mission nanti dapat berkontribusi secara nyata dalam pembangunan daerah dan bangsa melalui pemberitaan Injil,” kata Manufandu pada pembukaan pembelajaran tahun ajaran 2025/2026, Senin (18/8/2025).
Menurut Manufandu, School of Mission berperan penting membentuk individu-individu yang siap terjun ke masyarakat dengan membawa misi kebaikan. Dalam program itu, para peserta dibekali dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan yang relevan untuk memenuhi kebutuhan zaman dan tantangan yang ada.
“Saya sangat mendukung program ini karena sejalan dengan visi dan misi pemerintah daerah dalam menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing. Pendidikan misi diharapkan dapat menjadi salah satu motor penggerak pembangunan daerah yang berkelanjutan,” katanya.
Dikatakan Manufandu, perjalanan program itu tidak mudah, akan ada tantangan yang harus dihadapi. Namun dengan semangat dan tekad yang kuat, para peserta akan melewati berbagai rintangan dan mencapai keberhasilan yang gemilang.
“Kepada para peserta saya ucapkan selamat datang dan selamat menjalankan proses pembelajaran di School of Mission. Manfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya untuk menggali potensi diri, memperluas wawasan, dan memperkuat iman serta akhlak,” katanya.
Eksekutif Direktur Mission Motivators Manokwari, Pdt. Syafrin Tiranda, M.Th, pihaknya mendirikan School of Mission dengan tujuan anak-anak Papua bisa menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Namun terlebih dahulu mereka dipersiapkan dengan baik.
“Saya melihat ada dua hal penting yang menjadi masalah bagi anak-anak Papua untuk keluar menjadi berkat bagi bangsa-bangsa, yakni mind set dan kemampuan berbahasa Inggris,” katanya.
Karena itu, lanjut Tiranda, selama 4 bulan tinggal di asrama dan belajar, para siswa akan dilatih, disiapkan, diubah cara berpikirnya, sehingga memiliki karakter Kristus dan siap dikirim ke luar negeri bergabung dengan misionaris dari berbagai negara.
“Di sana mereka akan kembali belajar bahasa Inggris, sehingga pada akhirnya mereka siap mengajar dan menyampaikan Injil tidak hanya di Papua tetapi juga ke bangsa-bangsa lain,” ujarnya.
Tiranda melanjutkan bahwa School of Mission sudah melahirkan dua angkatan. Mereka yang awalnya tidak bisa apa-apa, kini menjadi orang-orang berani untuk menyampaikan Injil Kristus menggunakan bahasa Inggris.
“Kita akan melihat lebih banyak lagi anak-anak Papua yang pergi ke bangsa-bangsa lain dan bagi Tuhan tidak ada yang mustahil,” tukasnya.
Sebelumnya, Kepala Biro Pembangunan Setda Papua Barat, Onasius Matani, memotivasi para siswa untuk menjadi pejuang, bukan menjadi penikmat.
Menjadi pejuang adalah berusaha sendiri untuk menghasilkan hal-hal positif, hal-hal berguna tidak hanya bagi diri sendiri, tapi juga bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
“Sedangkan menjadi penikmat, hanya mengharapkan pemberian dari orangtua atau orang lain,” tukasnya. (SA01)