MANOKWARI, SURYA ARFAK – Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Manokwari, Ny. Febelina Indou, resmi membuka Workshop Fasilitasi Pendidikan Anti Narkoba pada keluarga. Kegiatan ini digelar oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Papua Barat, Jumat (5/9/2025) di Hotel Billy Manokwari.
Dalam sambutannya, Ny. Febelina Indou menegaskan bahwa keluarga merupakan benteng utama dalam mencegah penyalahgunaan narkoba.
“Masalah narkoba bukan hanya mengancam individu, tetapi juga menghancurkan masa depan keluarga dan bangsa. Oleh sebab itu, pendidikan anti narkoba harus dimulai dari rumah, melalui pola asuh, komunikasi, dan keteladanan orang tua,” ujarnya.
Febelina juga memberikan apresiasi kepada BNN Papua Barat yang telah menggagas kegiatan tersebut dan berharap para peserta dapat menjadi agen perubahan di masyarakat, melindungi anak-anak dari bahaya narkoba, serta membangun generasi emas Papua Barat yang sehat, cerdas, dan berkarakter menuju Indonesia Emas 2045.
Workshop tersebut diikuti oleh perwakilan dari 20 keluarga antara lain orang tua dan anak, kader PKK. Workshop dilaksanakan dengan tujuan memperkuat kolaborasi dalam mewujudkan keluarga sehat dan bebas narkoba di Manokwari, Papua Barat.
Kepala BNN Provinsi Papua Barat melalui penyuluh narkoba ahli madya Koordinator Bidang P2M, drg. Indah Perwitasari, mengatakan bahwa ketahanan diri individu khususnya pada remaja memiliki korelasi dengan keluarga, di mana pada tahun 2018, BNN RI melalui Deputi Bidang Pencegahan melakukan pemetaan ketahanan diri remaja yang menghasilkan rekomendasi bahwa keluarga menjadi faktor penting dalam menumbuhkan ketahanan diri remaja terhadap penyalahgunaan narkoba.
“Dari hasil rekomendasi tersebut, Direktorat Advokasi melaksanakan program intervensi ketahanan keluarga antinarkoba di tahun 2019 bekerja sama dengan UNODC dan menghasilkan model program penguatan institusi keluarga untuk menunjang pendidikan antinarkoba bagi keluarga,” katanya.
Hasil implementasi program intervensi ini, menurut Indah, menunjukkan dampak signifikan pada peningkatan pengasuhan orang tua, dan peningkatan resiliensi anak serta penurunan perilaku negatif anak. Program yang berfokus pada penguatan ketahanan keluarga ini tertuang pada Renstra 2020-2024 dengan melakukan pengembangan pada wilayah desa sebagai implementasi adanya desa BERSINAR dengan penguatan ketahanan keluarga berbasis sumber daya pembangunan desa.
“Direktorat Advokasi dalam menyikapi hal tersebut melakukan pengukuran indikator kinerja kegiatan Direktorat Advokasi pada tahun 2020 melakukan penyusunan indeks ketahanan keluarga antinarkoba di 34 provinsi dan 173 kabupaten/kota dengan hasil skor 78,66 (skala 100) yang berada dalam kategori tinggi,” ungkapnya.
Menurut Indah, pengukuran indikator kinerja kegiatan ini dilanjutkan di tahun 2021 dengan jumlah responden sebanyak 1.035 orang dan menghasilkan skor indeks 81,430 (kategori tinggi). Kemudian di tahun 2022 menghasilkan skor indeks 84,274 (kategori tinggi) dan skor indeks 85,389 (kategori tinggi) di tahun 2023. Terakhir di tahun 2024, skor indeks ketahanan keluarga berada dalam kategori tinggi yaitu di skor 86,787.
Di masa transisi Renstra ini tahun 2025, program berlanjut dengan berfokus pada kuantitas atau jumlah dari keluarga yang mengikuti program ketahanan keluarga antinarkoba yaitu melalui pengembangan program ketahanan keluarga antinarkoba menjadi fasilitasi pendidikan antinarkoba pada keluarga. Fasilitasi pendidikan antinarkoba pada keluarga bertujuan menciptakan lingkungan yang positif, sehat, dan bersih dari penyalahgunaan narkoba.
Program ini, tambah Indah, menjadi salah satu upaya strategis dalam implementasi pelaksanaan program P4GN secara utuh dan terintegrasi antar bidang baik di internal BNN maupun lintas sektor.
“Keberhasilan pelaksanaan program fasilitasi pendidikan antinarkoba kepada keluarga ini sangat ditentukan oleh kerja sama dan komitmen BNNP dan BNN kabupaten/kota dengan lintas sektor,” tukasnya. (SA01)